Airport,Seaport,&Spaceport

AIRPORT,SEAPORT,&SPACEPORT

Kita sering mendengar kata airport,tetapi bagaimana dengan seaport dan spaceport?

Pada laman ini,kita akan belajar tentang airport,spaceport,maupun seaport. Sama seperti ilmu penerbangan lainnya,ilmu kebandarudaraan atau ilmu tentang airport ini juga cakupannya luas. Dalam ilmu tentang aiport,rekan-rekan penerbangan akan berkolaborasi dengan rekan-rekan teknik sipil untuk mendesain material dan kekuatan struktur landasan pacu atau runway,rekan-rekan penerbangan juga membutuhkan rekan-rekan ahli navigasi untuk mengatur dan mendesain peralatan navigasi di sekitar bandara,dan lain sebagainya. Untuk mempelajari kebandarudaraan,saya memberikan beberapa rujukan buku terkenal yang dapat rekan-rekan gunakan untuk penelitian,pembuatan skripsi,ataupun untuk sekedar bacaan tentang airport yang sering digunakan oleh ahli bandar udara di dunia,antara lain :






  • Planning and Design of Airport, Robert Horonjeff
  • Airport Planning and Management,Alexander T Well
  • Airport Design and Operation,Antonin Kazda
  • Modelling and Managing Airport Performance,Konstantinos G Zografos
  • Airport Analysis,Planning,and Design,Milan Janic
  • Airport Engineering,Norman J Ashford

Airport dari kata Air + Port. Air adalah udara dan port adalah pelabuhan. Kalau diartikan adalah pelabuhan udara atau bandar udara alias bandara. Airport dan Seaport sama-sama digunakan untuk kegiatan landing dan take off pesawat udara. Seaport sendiri adalah sea yang artinya laut dan port artinya pelabuhan dan jika diartikan menjadi pelabuhan laut,tetapi pelabuhan di sini lebih kepada pelabuhan laut untuk pendaratan pesawat air atau amphibi. Kalau pelabuhan untuk kapal laut kita sering menyebutnya harbour. Lalu bagaimana dengan spaceport? Spaceport berasal dari kata space dan port, space adalah luar angkasa dan port adalah pelabuhan,jika diartikan menjadi pelabuhan luar angkasa. Tetapi apakah space port ada di luar angkasa? Ya tentu tidak. Space port menandakan bahwa tempat tersebut adalah tempat di bumi untuk peluncuran roket luar angkasa kalau orang rusia menyebutnya kosmodrome.

1. AIRPORT / PELABUHAN UDARA/BANDAR UDARA/BANDARA/PANGKALAN UDARA/LANUD

Pada bagian airport,kita akan mempelajari beberapa aspek yaitu :
  • Teknik Bandar Udara atau Kebandarudaraan
  • Sistem Navigasi ( Navigation Aids ) & Lightning System Bandar Udara
  • Airport Sign & Marking ( Rambu-Rambu Bandara )

Sepintas kita pernah melihat bagian bandara secara umum,tetapi karena bandara adalah objek vital,maka kitapun sulit untuk mengetahui apa saja yang ada di sekitar bandara dan bagaimana teknik membuat bandara secara kh. Seperti yang diulas sebelumnya jika yang berurusan dengan bandara tidak hanya diurus oleh rekan-rekan teknik penerbangan,tetapi juga membutuhkan sumbangsih dan bantuan rekan-rekan teknik sipil. Wilayah bandar udara dibagi menjadi dua yaitu sisi darat dan sisi udara. Yang dimaksud sisi darat adalah area atau lokasi di bandara yang tidak digunakan untuk kegiatan operasional pesawat secara langsung seperti terminal dan area keluar masuk bandara. Sisi udara adalah area yang digunakan dan dikhususkan untuk kegiatan operasional pesawat secara langsung dimana pesawat akan bergerak diwilayah tersebut seperti apron,taxi way,runway,dan airspace atau ruang udara disekitar bandara.

1.1. Teknik Kebandarudaraan
a.Bangunan terminal


Tempat ini adalah tempat dimana rekan-rekan datang pertama kali ketika sampai di bandara. Kalau rekan-rekan pernah membeli tiket,rekan-rekan check in,ke gate bandara lalu ke parkiran mobil dan motor di sekitar bandara itulah yang termasuk terminal.

b.Apron

Apron adalah tempat parkir pesawat ketika di bandara. Di apron inilah kegiatan operasional pesawat dilakukan,mulai pengisian bahan bakar,suplai catering,loading-unloading bagasi atau kargo,transfer penumpang dari gate untuk masuk pesawat dan lain-lain.

c. Taxi way


Taxi way adalah jalur untuk pesawat melakukan taxi atau keluar dari apron menuju runway atau landasan pacu untuk take off dan sebaliknya untuk masuk ke apron setelah landing.

d.Runway (Landasan Pacu)

Runway inilah yang familiar dikelan oleh rekan-rekan. Tempat ini digunakan untuk tinggal landas dan mendarat pesawat terbang.


Bagaimanakan Penggolongan bandara?

Penggolongan bandara di Indonesia diberikan oleh banyak pihak. Kementrian perhubungan menggolongkan bandara menjadi berbagai jenis dan kriteria,TNI AU menggolongkan bandara menjadi beberapa tipe,dan sebagainya. Jadi,karena bandara ini digunakan oleh kepentingan banyak lembaga,maka setiap lembaga akan memiliki SOP sendiri untuk menggolongkan bandara. Jadi ilmu kebandar udaraan ini sangatlah luas,beda lembaga,beda orang sudah beda lagi penggolongannya. Tetapi apapun,siapapun yang menggolongkan,bandara tetaplah bandara yang sama-sama digunakan untuk kegiatan operasional penerbangan.

Bandara oleh TNI AU dan SIPIL digolongkan menjadi dua yaitu bandara eclave sipil dan enclave militer serta bandara full militer


Bandara Enclave Sipil berarti bandara tersebut adalah bandara yang dominan untuk militer tetapi juga digunakan untuk penerbangan sipil tetapi dalam jumlah kecil. Operasional induk bandara ini berada ditangan militer atau kalau di Indonesia ada dibawah koordinasi TNI AU. Contoh bandara ini Bandara Halim Perdana Kusuma,Bandara Abdurrachman Saleh Malang,Bandara Adisutjipto Yogyakarta,dan lain-lain.

Bandara Enclave Militer berarti bandara tersebut adalah bandara yang dominan untuk penerbangan sipil tetapi juga digunakan untuk pendukung penerbangan militer atau hanya sebagai pendukung satuan bagi militer. Operasional induk bandara ini berada sepenuhnya di tangan sipil dengan dibantu prajurit militer untuk pengamannya. Contoh bandara ini Bandara Ngurah Rai Bali,Bandara Soekarno Hatta,dan lain-lain.

Bandara Full Militer,berarti bandara tersebut digunakan full seleuruhnya untuk bandara militer. Biasanya,bandara ini digunakan sebagai sarang pesawat-pesawat tempur dan wilayah udara di atas bandara ini dilarang untuk dilewati oleh pesawat sipil. Indonesia memiliki satu bandara full militer yaitu bandara iswahyudi atau Lanud Iswahyudi di magetan,Jawa Timur yang sering disebut oleh prajurit TNI AU sebagai home base dragon yang didalamnya ada pesawat-pesawat tempur TNI AU yaitu F-16,F-5,T-50 Golden Eagle,Hawk Mk-53,dan lain-lain.

Bandara digolongkan oleh sipil atau pemerintah menjadi beberapa jenis berdasarkan rute layanan terbang pesawat yang beroperasi di bandara

Berdasarkan rute layanan maskapai yang beroperasi,bandara dibagi menjadi dua yaitu bandara domestic dan internasional. 




Bandara domestik berarti maskapai atau pesawat yang beroperasi pada bandara tersebut hanya melayani rute dalam negeri. Contoh bandara domestik adalah Bandara Sultan Salahuddin Bima,Bandara Raden Intan II Lampung,Bandara Fatmawati Bengkulu,dan lain-lain. Di bandara tersebut tidak ada penerbangan yang menuju luar negeri,semua hanya beroperasi untuk rute dalam negeri saja dan tidak ada kata internasional di gerbang,di tiket atau pada media televisi,dan sebagainya.




Bandara internasional berarti ada maskapai atau pesawat yang beroperasi di bandara tersebut yang memiliki rute penerbangan keluar negeri. Contohnya Bandara Soekarno Hatta,Bandara Adisucipto Jogja,Bandara Sultan Hasanuddin Makassar,Bandara Juanda Surabaya,dan lain-lain. Biasanya bandara ini akan tertulis kata internasional untuk namanya baik di tiket,di gerbang masuknya,di media televisi atau lainnya seperti Bandara Internasional Adisucipto (Adisucipto Intl Airport),Bandara Internasional Juanda (Juanda Intl Airport),dan sebagainya.

Berdasarkan kelas atau tipe,baik sipil,militer,dan internasional membagi kelas dan tipe bandara kedalam beberapa kategori.

Berdasarkan ukuran runway ARFL dan kapasitas pelayananya,pemerintah melalui dirjen perhubungan udara membagi menjadi 6 kelas yaitu kelas A,B,C,D,E,dan F.


TNI AU yang menggunakan istilah Lanud atau pangkalan dalam operasional bandaranya,membagi bandara menjadi 4 tipe berdasarkan kemampuan alutsista dan jumlah skadron didalamnya yaitu tipe A,B,C,dan D.

Berdasarkan internasional dari segi airspace atau wilayah kendali udaranya,bandara dibagi menjadi 6 yaitu kelas A,B,C,D,E,dan G.

Jadi kesimpulan penggolongan di atas adalah kalau ada yang bertanya kepada kita,Bandara Hang Nadim Batam kategori bandara apa? kita jawab kategori dari siapa dulu, dari TNI AU,dari segi operasional rute maskapai,dari segi airspace,atau dari segi ARFL,karena Bandara Hang Nadim Batam bagi prajurit TNI AU adalah badara atau Lanud tipe C,tetapi kalau yang berbicara pegawai dishub atau pemerintah akan berkata Bandara Hang Nadim Batam adalah bandara Internasional, dan ARFL tipe D.


Bagaimana Detail Bagian Bandara?

Kalau di atas tadi adalah penggolongan bandara,sekarang kita akan belajar teknik pengukuran bandar udara dengan detail. Kita akan belajar apa itu ARFL,PL,TORA,TODA,RESA,dan lain-lain.

AERODROME REFERENCE POINTIalah lokasi / geografis / titik tertentu pada Bandar Udara yang menunjukkan lokasi Bandara Udara tersebut.

AEROPLANE REFERENCE FIELD LENGTH (ARFL)Ialah panjang landasan pacu minimum yang dibutuhkan untuk lepas landas pada keadaan maximum certificated take off weigh, sea level, standard atmospheric condition, (elevasi 0 M/atau hanya puluhan meter, 150 – 760 mm Hg, angin tenang, slope 0 %).

AIRCRAFT CLASSIFICATION NUMBER (A.C.N)Ialah angka yang menunjukkan dampak relatif suatu pesawat terbang terhadap konstruksi perkerasan pada suatu kategori standard khas dari suatu sub grade.

APRONIalah daerah tertentu pada suatu Bandar Udara dimaksudkan untuk melayani keperluan pesawat terbang dalam hal naik turunnya penumpang bongkar muat muatan (barang dan pos), pengisian bahan bakar, parkir atau perawatan.

BALANCE FIELD LENGTH Suatu konsep pemilihan panjang landasan pacu yang diperlukan oleh suatu pesawat terbang dengan kecepatan kritis (VI) tertentu, sedemikian sehingga panjang landasan pacu yang diperkeras mencakupi untuk pesawat terbang tinggal landas sampai ketinggian 35 feet dan keseluruhan landasan pacu termasuk stopway mencakupi untuk berhentinya pesawat dengan aman seandainya gagal untuk tinggal landas.

CLEARWAY Daerah berbentuk persegi panjang dibawah pengawasan Bandar Udara dimaksudkan sebagai suatu daerah bebas hambatan yang memungkinkan pesawat terbang sebagai hambatan yang memungkinkan pesawat terbang melakukan sebagian usaha pendakian setelah tinggal landas sampai suatu ketinggian tertentu

DECLARED DISTANCE Suatu jarak yang ditetapkan /diperhitungkan dari suatu landas pacu untuk kedua ujungnya.

TORA (Take Off Run Available)
Yaitu panjang landas pacu yang tersedia mencakupi untuk melaju di landasan (ground Run) pada saat tinggal landas.

TODA (Take off Distance Available)
Panjang landas pacu yang tersedia / mencakupi untuk melaju didaratan / landasan sampai ketinggian tertentu (35 feet), dan jika landas pacu dilengkapi dengan clearway maka TODA menjadi = TCRA + Clearway.

ASDA (Accelerate Stop Distance Available)
Yaitu panjang landas pacu yang tersedia untuk melaju sejak pesawat mulai bergerak melaju, batal tinggal landas, direm dan berhenti dengan aman, dan jika landasan pacu dilengkapi dengan stopway maka ASDA menjadi TORA + Stopway.

LDA (Landing Distance Availble)
Yaitu panjang landas pacu yang dinyatakan tersedia /mencakupi untuk pendaratan pesawat terbang dalam gerak melaju di landasan pacu sampai berhenti dengan aman.

RUNWAY END SAFETY AREA (RESA) Daerah yang simetris terhadap perpanjangan sumbu landasan terletak pada ujung (berbatasan dengan) strip landasan, dengan maksud utama untuk mengurangi terjadi overshooting (pendaratan berlebih) atau overrunning (meluncur) dari landasan pacu.

Apa Saja Jenis Konfigurasi Runway Bandara?

Konfigurasi runway adalah bentuk runway pesawat yang di desain berdasarkan operasional penerbangan per jam,berdasarkan aspek lingkungan,dan lain-lain. Konfigurasi runway yang paling umum di dunia adalah konfigurasi single runway,parallel runway,intersecting runway,dan open V-runway.

A. Konfigurasi Single Runway (Konfigurasi Runway Tunggal)




Jumlah runway konfigurasi ini hanya satu. Konfigurasi ini adalah konfigurasi yang paling sederhana dan paling banyak dipakai. Untuk di Indonesia,hampir sebagian besar bandara di Indonesia menggunakan konfigurasi ini. Konfigurasi ini didesain untuk melayani penerbangan VFR mulai 50 sampai 100 operasional per jam, jika difungsikan untuk melayani penerbangan IFR,bandara konfigurasi ini hanya difungsikan untuk melayani 50-70 penerbangan IFR per jam.

B. Konfigurasi Parallel




Konfigurasi ini terdiri dari beberapa buah runway yang disusun sejajar. Bandara di Indonesia yang menggunakan konfigurasi ini adalah bandara sukarno-hatta Jakarta. Untuk penerbangan VFR,bandara ini mampu melayani 60 sampai 200 penerbangan per jam dan untuk penerbangan IFR,bandara ini mampu melayani 60 sampai 75 penerbangan per jam.

C. Konfigurasi Intersecting Runway ( Runway Bersilangan )




Konfigurasi ini didesain saling bersilangan,baik antar dua runway maupun beberapa runway. Tujuan utama desain ini adalah untuk menghindari crosswind,tailwind,atau angin yang tidak dapat diprediksi. Jika terdapat angin penganggu untuk landing atau pendaratan pesawat,maka pesawat dapat dialihkan pada runway yang lain dengan arah heading yang berbeda.

D. Konfigurasi Open-V Runway ( Huruf V Terbuka )


Konfigurasi runway ini hampir mirip dengan intersecting runway,bedanya kalau intersecting adalah V terbuka yang diperpanjang sehingga menjadikan bersilangan. Bandara open-V didesain untuk melayani penerbangan VFR sebanyak 60 sampai 180 penerbangan per jam dan 50 sampai 60 penerbangan untuk IFR.

Bagaimakah Konfigurasi Terminal Dan Apron Bandara? 

Setiap bandara memiliki konfigurasi terminal dan apron sesuai dengan kapasitas dan tujuannya. Konfigurasi ini bermacam-macam,tetapi yang palng familiar di dunia adalah konfigurasi linier,pier,satelitte,dan transporter.

A. Konfigurasi Linier


Konfigurasi termina linier ini adalah konfigurasi terminal yang paling sederhana,berbentuk lurus dengan parking stand pesawat memanjang di sepanjang bangunan terminal. Konfigurasi ini digunakan untuk bandara dengan operasi penerbangan dalam jumlah kecil. Kelebihan konfigurasi ini memudahkan pergerakan penumpang sejak di pintu kedatangan hingga menuju gate. Bandara di Indonesia banyak yang menggunakan konfigurasi ini antara lain bandara adisucipto jogja,bandara raden intan lampung,dan lain-lain. 

B. Konfigurasi Pier 


Konfigurasi ini adalah konfigurasi dermaga atau finger concept. Konfigurasi ini diperpanjang dengan piers dari terminal utama dan parking stand diletakkan pada sepanjang piers dengan susunan pesawat yang berhadapan nose to nose. Konfigurasi ini memiliki kelebihan yaitu mampu menampung pesawat yang parkir dalam jumlah yang lebih besar dari konfigurasi linier. Tetapi, konfigurasi ini juga memiliki kelemahan yaitu jarak yang ditepuh penumpang untuk jalan kaki dari terminal utama lebih jauh dan jika parking stand pada piers terisi penuh oleh pesawat yang parkir, maka marshall atau petugas pengatur parkir pesawat harus ekstra hati-hati mengatur macnuver pesawat untuk keluar dari apron menuju taxiway serta pilot harus memiliki pandangan luas ke kanan dan kiri untuk memastikan pergerakan pesawat yang lain.

C. Konfigurasi Satellite


Konfigurasi Satellite adalah konfigurasi terminal yang dikelilingi oleh pesawat. Pesawat yang terparkir pada konfigurasi ini disusun radial maupun linier disekitar satellite. Satellite disini bukan satellite untuk di luar angkasa ya,tetapi satellite disini adalah bangunan terminal yang dibuat melingkar yang terhubung oleh piers dari terminal utama. Kelebihan konfigurasi ini adalah mampu menampung pesawat yang prakir dalam jumlah besar dan lebih memudahkan macnuver pergerakan pesawat di area apron daripada konfigurasi piers. Tetapi konfigurasi ini memiliki kekurangan yaitu jarak yang ditempuh untuk berjalan kaki dari terminal utama ke gate sangat jauh sehingga terkadang konfigurasi ini membutuhkan mobil untuk mengantar penumpang yang transit tetapi berbeda terminal.

D. Konfigurasi Transporter


Konfigurasi ini berarti pesawat tidak diparkirkan dekat dengan terminal alias jauh dari terminal. Konfigurasi ini digunakan jika pesawat tersebut berukuran ekstra atau besar sehingga tidak bisa bersandar pada garbarata atau konfigurasi ini dipakai jika garbarata di gate sudah penuh oleh pesawat lain yang terparkir,maka pesawat yang tidak kebagian akan prakir agak jauh dari gate dan penumpang yang akan naik pesawat tersebut akan diangkut dengan mobil bis bandara menuju pesawat. Biasanya konfigurasi ini banyak digunakan untuk pesawat kargo,pesawat haji,ataupun pesawat penumpang yang tidak parkir dekat dengan terminal.

Bagaimanakah desain struktur aspal atau beton pada runway,apron,dan taxiway?

Pada saat mendesain struktur dan kekerasan aspal runway ,orang-orang teknik penerbangan akan berkolaborasi dengan rekan-rekan dari teknik sipil karena merekalah yang memiliki kemampuan tentang desain runway bandara. Struktur dan kekerasan runway bandara disebut oleh oran-orang teknik penerbangan dan teknik sipil dengan sebutan Pavements atau Runway Pavements. Ilmu untuk mempelajari runway pavements ini sangat luas karena melibatkan berbagai disiplin ilmu di dalamnya. Runway didesain berdasarkan beberapa tujuan dan harus memenuhi kriteria utama yaitu :
  • Mampu menahan berat pesawat tanpa rusak. 
  • Permukaannya halus dan stabil. 
  • Bebas dari debu dan partikel-partikel asing. 
  • Mampu mendistribusikan beban pesawat secara merata tanpa merusak lapisan subsoil tanah atau istilahnya tidak mudah ambles. 
  • Mampu mencegah kerusakan atau pengikisan lapisan subsoil tanah dari resapan air hujan atau embun. 

Secara umum, struktur pavement runway dibagi menjadi dua yaitu Rigid Pavement dan Flexible Pavement.




Flexible pavement : simplenya, sesuai namanya jelas strukturnya flexible,desain ini susunannya berlapis-lapis,bahan dasarnya menggunakan aspal,vibration absorber atau mampu meredam getaran dengan baik,tetapi rawan terhadap tumpahan minyak.

Rigid pavement : Secara simple,sesuai namanya rigid berarti kaku,desain ini tidak banyak lapisannya,bahan dasarnya beton ataupun komposit,efek peredamannya kurang baik,tahan terhadap timing load yang lambat,tahan terhadap senyawa minyak bumi yang tumpah.

Bagaimana Cara Membersihkan Partikel Karet Yang Tertinggal Di Runway?

Runway bandara harus dalam keadaan sangat bersih dan tidak boleh ada partikel karet yang tertinggal pada runway bandara. Jika sebuah runway tidak dibersihkan dari sisa partikel karet yang tertinggal akibat gesekan roda pesawat,maka hal tersebut dapat menyebabkan pesawat berikutnya yang mendarat akan tergelincir. Rekan-rekan yang ingin tahu berapa jumlah partikel karet untuk sekali pendaratan pesawat dapat dilihat pada gambar dibawah.


bayangkan partikel karet seperti itu menumpuk di runway dan tidak dibersihkan. Bukan tidak mungkin runway akan kotor dan penuh partikel karet. Cara untuk mengatasinya adalah dengan airfield rubber removal. 




Alat untuk rubber removal didesain khusus untuk menyedot partikel karet yang ada di atas runway. Cara membersihkan dan menyedot partikel karet dapat menggunakan air bertekanan tinggi atau caiiran kimia.

Lalu Apa Itu ACN & PCN ?

ACN adalah Aircraft Classification Number dan PCN adalah Pavement Classification Number. Keduanya adalah kode yang digunakan untuk mengetahui apakah sebuah pesawat bisa mendarat atau tidak di suatu bandara. Rekan-rekan mungkin pernah mendengar orang berbicara “kalau pesawat itu turun di sini nanti bisa ambles”, “ kalau pesawat itu dioperasikan disini nanti bandara kita bisa retak”. Nah, darimana mereka tahu kalau bandaranya bisa retak kalau pesawat tersebut landing? Ya dari ACN dan PCN itu. Simplenya, kalau nomor ACN pesawat lebih kecil dari PCN bandara,maka pesawat boleh mendarat di bandara itu,tetapi kalau ACN –nya lebih besar dari PCN bandara,jangan sekali-kali turun di bandara tersebut karena bandaranya bisa ambles atau retak kecuali kalau mau mengurangi berat pesawat tersebut,silahkan untuk mendarat.

Setiap bandara maupun pesawat sudah ditentukan PCN dan ACN-nya. Kode PCN juga tertera pada airport chart. Berikut salah satu contoh ACN pesawat dengan kode PCN bandara.

Bagaimanakah cara membaca PCN bandara?

Sebelum membaca PCN runway bandara,kita harus memahami kode huruf yang terdapat pada PCN. Kode ini digunakan sebagai referensi untuk menentukan kriteria PCN bandara tersebut baik dari strukturnya,subgrade,tekanan roda,dan cara evaluasinya.

Kategori Subgrade Pavement Struktur Flexible Pavement 

Kategori Subgrade Pavement Untuk Struktur Rigid Pavement 

Kategori Tekanan Roda Pesawat 

Kita mengambil contoh bandara soekarno-hatta. Dalam airport chart atau data bandara akan tertulis PCN untuk bandara sukarno hatta adalah 120/R/D/W/T.


120 adalah angka ACN tertinggi yang dimiliki sebuah pesawat untuk diizinkan mendarat di bandara soekarno-hatta.

R adalah jenis struktur pavement bandara sukarno hatta yaitu Rigid.

D adalah kategori subgrade pavement bandara sukarno hatta. Kategori D dalam struktur rigid berarti masuk jenis ultra low.

W adalah maksimum tekanan yang diberikan oleh roda pesawat. Kode W berarti bandara sukarno hatta memiliki kategori maksimum tekanan roda no limit.

T adalah metode desain dan evaluasi pavement. Kode T berarti bandara sukarno hatta dievaluasi berdasarkan technical desain. Kalau kodenya U berarti evaluasinya berdasarkan pesawat apa saja yang pernah turun di bandara tersebut dan dijadikan referensi.

Apa yang terjadi jika pesawat dengan nomor ACN yang lebih besar dari PCN bandara dipaksa turun atau landing di bandara tersebut? Jawabanya jelas pasti akan ambles atau struktur landasan pacu atau runway menjadi retak. Itu kenapa penting bagi para FOO dan Pilot untuk mengetahui kode PCN bandara asal dan bandara tujuan serta kode ACN pesawat yang dipakainya. 




Gambar di atas adalah beberapa contoh kasus dimana ACN pesawat melebihi nomor PCN bandara dan pesawat dipaksa untuk landing di bandara tersebut.

Lightning System Bandar Udara & Sistem Navigasi ( Navigation Aids ) 

A. Lightning System ( Sistem Penerangan )

Airport lighting system adalah sistem penerangan pada airport. Sistem penerangan airport berfungsi sepenuhnya pada malam hari untuk membantu pilot dalam mengidentifikasi wilayah bandara dan untuk membantu pendaratan pesawat. Mengapa sistem penerangan ini butuh?. Sekarang rekan-rekan lihat gambar dibawah ini. Anggap saja rekan-rekan adalah pilot yang mau mendarat dan coba lihat secara jeli dimanakah letak bandara pada kota tersebut? Lihatlah lampu yang bentuknya sedikit unik dan memanjang ,itulah letak bandaranya.


Sekarang,lihat perbedaan runway yang lampunya dihidupkan dan dimatikan seperti gambar diatas. Bayangkan jika sebuah bandara malam hari tidak ada lampu atau sistem penerangannya,bagaimanakah pilot dapat mengetahui secara visual letak bandara tempatnya mendarat. Kita akan mempelajari sistem penerangan bandara dan apa saja jenis lampu-lampu di bandara.

1. Runway Edge Light 




Runway edge light adalah lampu yang terletak paling ujung sisi kanan dan dikiri runway. Lampu ini adalah lampu yang menunjukkan dan membentuk pola runway jika dilihat dari atas langit.Lampu ini juga membedakan citra antara lampu jalan raya dengan lampu bandara.

2. PAPI (Precision Approach Path Indicator)





Lampu PAPI adalah lampu yang digunakan sebagai indikator presisi untuk pendaratan pesawat pada saat fase approach atau pendekatan kepada runway. Dengan adanya PAPI ini,pilot di dalam kokpit dapat mengetahui apakah hidung pesawatnya terlalu condong keatas atau terlalu condong kebawah. Jika tidak ada PAPI ini,pilot akan sedikit kesusahan untuk mendaratkan pesawatnya.. Bayangkan saja,pesawat tidak seperti bis yang kepala sopirnya bisa keluar dengan membuka kaca untuk memastikan bisnya aman saat masuk ke tempat parkir. Pilot yang membawa pesawat sebesar itu harus memastikan roda pendarat bagian belakang yang harus menyentuh landasan terlebih dahulu. Dengan adanya PAPI ini,pesawat akan dapat mendarat dengan mulus dan presisi.

3. Approach Lighting System (ALS)




Lampu ini digunakan sebagai indikator penerangan approach. Kalau PAPI digunakan untuk presisi approach,kalau lampu approach lighting system digunakan untuk indikator kelurusan pesawat dengan runway. Lampu approach lighting system ini memiliki daya yang cukup besar sehingga dari jarak jauh,lampu ini sudah terlihat memanjang pada bagian ujung runway.

4. Runway End Identifier Lights (REIL)




Lampu ini adalah lampu yang menunjukkan indikator bahwa bagian tersebut adalah ujung area pendaratan atau sering disebut threshold light atau lampu threshold. Dengan adanya lampu ini,pilot dapat mengetahui dan mengambil keputusan dimana dia akan mulai touchdown atau menyentuhkan roda pesawatnya. Lampu ini dibandara biasanya berwarna hijau memanjang pada bagian ujung bandara dan tegak lurus terhadap pandangan pilot.

5. Taxiway Edge Lights




Taxiway edge light adalah lampu yang terletak di sisi kanan dan kiri taxiway bandara. Lampu ini berwarna biru. Dengan adanya lampu ini,maka pada malam hari pilot akan terbantu dalam membedakan mana jalur taxiway,mana yang ke arah runway,dan sebagainya. 

6. Taxiway Centre Lights




Taxiway centre light adalah lampu yang terletak pada normal centerline atau yellow line alias garis kuning pada apron dan taxiway. Lampu ini berwarna hijau dan terletak tepat di bagian garis kuning apron atau taxiway yang dipasang agak terpendam di dalam tanah.

7. Taxiway Stop Bar Lights / Stop Bar Lights




Stop bar lights adalah lampu yang digunakan sebagai petunjuk bagi pilot untuk berhenti dan tidak boleh meneruskan taxi atau meneruskan pergerakan pesawatnya di bandara. Lampu ini ibarat lampu merah kalau rekan-rekan naik motor di jalan raya. Bedanya,kalau lampu ini tidak terletak di tiang,tetapi tertanam di dalam ground atau tanah. Lampu ini dikendalikan oleh ATC,jadi saklar on/off nya ada di ATC. Jika di bandara ada dua atau lebih pesawat yang antri take off,maka pesawat tersebut harus satu persatu masuk ke runway untuk tinggal landas,tidak boleh tinggal landas secara bersama-sama dalam satu landasan pacu atau runway. Setelah ada aba-aba “Hold Short Runway XX” atau “Taxi to Holding Point XX” itu tandanya pilot harus siap-siap memberhentikan pesawatnya tepat di belakang lampu ini.


Lampu ini ketika berwarna merah,itu tandanya pilot harus berhenti sampai pesawat yang di runway pergi dan terbang,barulah pesawat kedua masuk,lalu lampu ini hidup lagi untuk menghalang pesawat ketiga,dan seterusnya. Prinsip kerjanya sama seperti lampu lalu lintas. Bayangkan kalau tidak ada lampu ini,sudah pasti lalu lintas bandara akan terganggu.

8. Runway Guard Lights / RGLs




Lampu ini digunakan untuk memberi petunjuk kepada pilot saat cuaca buruk atau berkabut. Lampu ini diletakkan pada perpotongan atau intersection area atau area yang posisinya berpotongan satu sama lain seperti taxiway dengan runway ataupun taxiway dengan taxiway. RGLs juga digunakan untuk membantu stop bar light jika dibutuhkan.

9. Apron Flood Lights




Apron flood light adalah lampu yang digunakan untuk penerangan area apron saat malam hari. Lampu ini sangat terang dan persebaran cahayanya cukup luas karena digunakan untuk memerangi seluruh bagian apron. Lampu ini sangat berguna untuk mendukung kegiatan ground handling di malam hari. Selain itu,lampu ini juga berfungsi untuk faktor keamanan terhadap pesawat yang RON atau parkir menginap di suatu bandara,sehingga petugas avsec yang patrol di sekitar bandara dapat melihat dengan penerangan yang baik.

10. Rotating Beacon




Lampu ini adalah lampu yang berputar. Lampu ini digunakan sebagai penanda apakah bandara tersebut bandara sipil,militer,atau bandara air. Lampu beacon ini kalau yang ukuran kecilnya sama saja dengan lampu ambulance atau lampu di kepala truk fuso yang besar-besar. Lampu ini kalau di bandara warnanya bermacam-macam berdasarkan jenis bandara tersebut. 

Di bawah ini adalah beberapa jenis warna rotating beacon untuk mnandakan jenis bandara.
  • Warna putih dan hijau yang berputar menunjukkan bandara sipil.
  • Warna kuning dan putih yang berputar menunjukkan bandara air.
  • Warna hajiau,kuning,dan putih menunjukkan heliport atau tempat pendaratan helikopter.
  • Warna putih,putih,dan hijau menandakan bandara militer.

Ground Navigation Aids/ Navigation Aids

Ground Navigation Aids atau navigation aids adalah peralatan navigasi yang terletak disekitar bandar untuk membantu navigasi pilot selama penerbangan. Peralatan tersebut adalah ATC Tower,ILS glide slope,VOR station,NDB antena,dan lain-lain. ILS dan VOR digunakan untuk membantu dalam pendaratan pesawat.Bedanya kalau ILS adalah precision approach devices atau alat untuk membantu pilot dalam mendekatkan dan mendaratkan pesawat secara akurat. Kalau VOR unprecision approach devices,yaitu alat untuk membantu pilot dalam menentukan letak bandara tetapi tidak akurat dalam membantu pendaratan atau tidak presisi. 

1. ATC Tower ( Air Traffic Control Tower )




Bangunan ini pasti rekan-rekan sudah mengenal. Bangunan ini adalah tower ATC ,biasanya menjulang tinggi pada bandara. ATC ini digunakan untuk mengatur lalu lintas udara. Di dalam ATC ini banyak sekali petugasnya dan peralatan-peralatan di dalamnya.

2. Airport Surveillance Radar




Rekan-rekan pasti mengenal benda ini. Benda ini sering ada di film-film televisi atau banyak di buku-buku bacaan. Radar ini adalah alat navigasi di bandara yang memiliki sinyal terkuat dibandingkan lainnya. Bayangkan saja,alat ini mampu menangkap pergerakan pesawat yang masih jauh,belum dekat dengan bandara. Airport surveillance radar letaknya berada di sekitar bandara. Kalau di bandara adisucipto Jogja letaknya ada di dekat pintu masuk Akademi Angkatan Udara (AAU) di jalan solo. Radar ini selalu berputar tanpa henti untuk menangkap sinyal pesawat dari arah manapun yang akan diteruskan ke tower ATC. Radar ini dibagi menjadi dua yaitu primary surveillance radar dan secondary surveillance radar. Keduanya sama-sama radar tetapi perbedaannya hanya pemakaiannya saja yang satu utama dan satunya cadangan. Frekuensi sinyal ini berada pada 2700-2900 MHz jauh lebih besar dibandingkan VOR,ILS,dan sebagainya. VOR dan ILS frekuensinya kecil karena hanya berfungsi untuk membantu pendaratan pesawat dan penuntun lokasi bandara,kalau radar memang digunakan untuk memantau pesawat dari jarak jauh.

3. ILS Glide Slope / Instrument Landing System Glide Slope / ILS Glide Path




Alat ini terletak dekat dengan ujung bandara yang fungsinya sebagai transmitter atau penuntun pesawat untuk gliding saat approach menggunakan Instrument Landing System. Prinsip kerja alat ini mengirim sinyal UHF sideband 329,15 sampai 335 MHz ke instrument pesawat. Alat inilah yang membantu pilot dalam menurunkan pesawatnya perlahan-lahan ,sehingga pada waktu mendekati runway atau landasan pacu,pesawat bisa pas mendarat di ujung runway,tidak di tengah landasan pacu atau istilahnya tidak kebablasan.

4. ILS Localizer / Instrument Landing System Localizer / LOC




Alat ini terletak di ujung runway atau pas lurus dengan runway. Alat ini mengirim sinyal VHF 108-111.975 MHz ke pesawat. Fungsi alat ini adalah meluruskan pesawat dengan landasan pacuKarena alat inilah,pesawat mendarat pas lurus dengan landasan pacu sehingga pesawat tidak mendarat terlalu ke kanan atau terlalu kekiri atau tidak mendarat ke tanah di samping kanan dan kiri. Tidak semua bandara memiliki ILS. ILS hanya dimiliki oleh bandara tertentu terutama bandara-bandara yang terkenal atau bandara besar saja.

5. VOR Station / VHF Omnidirectional Range Station




Alat ini adalah stasiun pemancar sinyal VOR ke pesawat. Bedanya dengan ILS,kalau VOR ini hanya membantu pilot meluruskan pesawat dengan landasan pacu,tidak bisa membantu pilot untuk menurunkan pesawatnya secara perlahan-laha yang artinya ketika pesawat sudah menangkap sinyal VOR dan sudah lurus dengan landasan pacu,maka setelahnya pilot harus menurunkan pesawatnya secara manual (pada fase inilah keahlian pilot akan diuji apakah dapat mendarat secara mulus atau tidak). Sinyal VOR terletak pada 108.0-117.95 MHz. VOR ini hampir setiap bandara memiliki kecuali bandara perintis atau bandara rumput yang kecil-kecil. Kalau ILS glide slope dan localizer tadi terletak di daerah bandara,berbeda dengan VOR station. VOR station letaknya agak jauh dari bandara bahkan bisa berjarak puluhan kilometer dari bandara. Kalau di Jogja,VOR nya terletak di daerah godean. Kenapa kok letaknya jauh? Karena memberi ruang bagi pilot untuk melakukan glide slope secara manual. Jarak antara VOR station ke landasan pacu inilah yang digunakan pilot untuk melakukan approach atau pendekatan kepada landasan pacu sebelum landing. Bayangkan kalau VOR stationnya terletak pas di ujung bandara,mungkin pesawatnya baru turun di kecamatan sebelah. Selain itu VOR juga digunakan untuk menentukan letak posisi bandara. VOR akan memancarkan sinyal 360 derajat berupa sinyal diskrit yang disebut radial. VOR ini lebih baru daripada NDB yang akan kita bahas di bawah,tetapi VOR lebih tua daripada ILS.

6. NDB Antena ( Non Directional Beacon Antena )




NDB antena ini adalah alat pemancar sinyal NDB. NDB berbeda dengan VOR. Kalau VOR adalah omnidirectional beacon sedangkan NDB non directional beacon. Maksudnya,baik NDB dan VOR sama-sama dibutuhkan pilot untuk memberikan petunjuk posisi letak bandara. Dengan sinyal VOR dan NDB ini maka instrument pesawat akan menangkap sinyal yang dikeluarkan oleh stasiun VOR atau NDB di darat. VOR dan NDB walaupun sama-sama radio beacon,tetapi punya perbedaan. Simplenya, NDB adalah sistem navigasi yang lebih tua dari VOR, NDB sinyalnya menyebar kesegala arah,tetapi bedanya kalau pakai NDB,pilot hanya dapat mengetahui point to point atau jarak antara pesawat dengan NDB. Jadi NDB hanya mengirim sinyal istilahnya berkata ‘pesawatmu jaraknya sekian kilometer dari aku”,NDB tidak bisa memberikan info dimana arah pesawatnya. Kalau VOR karena sinyalnya berputar yang disebut radial tadi,maka selain mengetahui jarak pesawat,dengan VOR, pilot juga akan mengetahui ada disebelah mana pesawatnya. Apakah ada di utara,di selatan,di tenggaranya stasiun VOR,dan sebagainya. VOR menggunakan sinyal VHF.sedangkan NDB pakai sinyal HF.

Comments

Popular posts from this blog

Mesin Pesawat

Bahan Bakar Pesawat

Sayap Pesawat